Sabtu, 16 April 2011

PERBANDINGAN TEHNIK PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM SETELAH PLASENTA LAHIR

Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2009

ABSTRAK
Latar Belakang: Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) setelah plasenta lahir merupakan waktu yang ideal karena adanya motivasi yang tinggi terhadap kontrasepsi serta memudahkan ibu dan tenaga medis selain itu, AKDR tidak mempengaruhi laktasi. Pemasangan AKDR setelah plasenta lahir menjadi penting di negara berkembang karena banyak wanita yang tidak memeriksakan diri ke tenaga medis sampai persalinan selanjutnya. Masalah yang dihadapi adalah masih rendahnya angka pemasangan AKDR setelah plasenta lahir serta tehnik pemasangannya serta masih ada ketakutan tentang masalah perforasi uterus, ekspulsi, infeksi, nyeri  dan perdarahan post partum setelah pemasangan.1,2

Tujuan: Membandingkan dua teknik pemasangan AKDR setelah plasenta lahir.

Metode: Melakukan pencarian di Science Direct dan pusat data Cochrane Collaboration dengan kata kunci immediate post placental insertion, post partum, IUD.

Hasil: Angka ekspulsi pada 6 bulan evaluasi adalah 13,3 dan 12,7 per 100 wanita pada insersi dengan tangan dan insersi dengan forceps berturut-turut. Penghentian pemakaian AKDR karena perdarahan dan nyeri adalah 2,1 dan 1,0 per 100 wanita pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik (p< 0,05). Tidak ada perforasi uterus, infeksi dan kehamilan.2 Terdapat perbedaan yang signifikan pada angka ekspulsi sebagian dan total pada pemasangan setelah plasenta lahir dan setelah post partum dibandingkan pemasangan interval dimana ekspulsi sebagian terjadi sebanyak 22,6%, 51,2% dan 3,1% berturut-turut. Ekspulsi total sebanyak 14,3%, 18,6% dan 3,8% berturut-turut.3

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan antara kedua teknik pemasangan AKDR sesaat plasenta lahir dilihat dari angka ekspulsi, perdarahan dan nyeri. Pemasangan AKDR sesaat setelah plasenta lahir merupakan prosedur yang aman dan efektif dengan kejadian perforasi uterus, infeksi, nyeri dan perdarahan post partum yang tidak jauh berbeda dengan pemasangan AKDR setelah melahirkan dan interval. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab masih tingginya angka ekspulsi pada pemasangan AKDR sesaat setelah plasenta lahir serta bagaimana mengurangi angka tersebut.

PENDAHULUAN
Klinik pribadi serta beberapa rumah sakit telah melakukan pelayanan pemasangan AKDR post partum dalam jumlah yang terbatas akan tetapi diberlakukannya program yang terorganisasi hanya pada beberapa negara. Dalam beberapa tahun ini, pemasangan AKDR post partum secara umum jarang dilakukan dan lebih banyak dilakukan di negara China, Meksiko dan Mesir.1,4
            Awal masa nifas yaitu waktu antara persalinan sampai pasien diperbolehkan pulang merupakan waktu yang tepat untuk memulai kontrasepsi dimana wanita memiliki motivasi yang tinggi untuk memakai kontrasepsi dan mungkin hanya ini waktu bertemu langsung dengan tenaga medis. Pada waktu antara persalinan sampai pasien pulang, tenaga medis dapat secara langsung memberikan konseling tentang kontrasepsi dan memberikan informasi yang diperlukan bagi ibu sehingga ibu dapat menentukan pilihannya.1
            Dilema yang dihadapi program keluarga berencana (KB) post partum bukanlah mentode kontrasepsi yang digunakan tapi kapan harus kita berikan kontrasepsi. Dilema yang sering timbul adalah status laktasi pasien. AKDR yang sebagian beredar sekarang ini tidak mempemgaruhi laktasi sehingga sangat cocok digunakan pada KB post partum.1
            AKDR post partum masih belum banyak digunakan dikarenakan masih kurangnya sosialisasi tentang hal ini serta masih ada ketakutan tentang terjadinya komplikasi seperti perforasi uterus, infeksi, perdarahan dan nyeri selain itu tidak semua tenaga medis sudah terlatih dengan tehnik ini.1


DEFINISI
            Pemasangan AKDR berdasarkan waktu pemasangan dapat dibagi menjadi:3
1.        Immediate postplacental insertion (IPP) yaitu AKDR dipasang dalam waktu 10 menit setelah plasenta dilahirkan
2.        Early postpartum insertion (EP) yaitu AKDR dipasang antara 10 menit sampai dengan 72 jam postpartum
3.        Interval insertion (INT)  yaitu AKDR dipasang setelah 6 minggu postpartum.
Pemasangan AKDR dalam 10 menit setelah plasenta lahir dapat dilakukan dengan 2 cara:2
1.        Dipasang dengan tangan secara langsung
Setelah plasenta dilahirkan dan sebelum perineorafi, pemasang melakukan kembali toilet vulva dan mengganti sarung tangan dengan yang baru. Pemasang memegang AKDR dengan jari telunjuk dan jari tengah kemudian dipasang secara perlahan-lahan melalui vagina dan servik sementara itu tangan yang lain melakukan penekanan pada abdomen bagian bawah dan mencengkeram uterus untuk memastikan AKDR dipasang di tengah-tengah yaitu di fundus uterus. Tangan pemasang dikeluarkan perlahan-lahan dari vagina. Jika AKDR ikut tertarik keluar saat tangan pemasang dikeluarkan dari vagina atau AKDR belum terpasang di tempat yang seharusnya, segera dilakukan perbaikan posisi AKDR.
2.        Dipasang dengan ring forceps
Prosedur pemasangan dengan AKDR menggunakan ring forceps hampir sama dengan pemasangan dengan menggunakan tangan secara langsung akan tetapi AKDR diposisikan dengan menggunakan ring forceps, bukan dengan tangan.



DAFTAR PUSTAKA

1.        Edelman DA, Goldsmith A, Shelton JD. Postpartum contraception. Int J Gynaecol Obstet 1981;19:305-311
2.        Xu JX, Rivera R, Dunson TR, Zhuang LQ, Yang XL, Ma GT, et al. A comparative study of two techniques used in immediate post-placental insertion (IPPI) of the Copper T 380A IUD in Shanghai, People’s Republic of China. Contraception 1996;54:33–8

3.        Eroglu K, Akkuzu G, Vural G, Dilbaz B et al. Comparison of efficacy and complication of IUD insertion in immediate postplacental/early postpartum period with interval period: 1 year follow-up. Contraception 2006;74:376-381

4.        Grimes DA, Schulz KF, Van Vliet H, Stanwood N, Lopez LM. Immediate post-partum insertion of intrauterine devices. Cochrane Database of Systematic Reviews 2001, Issue 2. Art. No.: CD003036. DOI: 10.1002/14651858.CD003036

5.        Kapp N, Curtis KM. Intrauterine device insertion during the postpartum period: a systematic review. Contraception 2009;80:327-336

6.        Celen S et al. clinical outcomes of early postplacental insertion of intrauterine contraceptive devices. Contraception 2004;69:279-282




Kamis, 14 April 2011

Waspada ANEMIA pada KEHAMILAN

KASUS :
Seorang Ibu G1P0A0, 28 tahun hamil TR II dan merasa bahwa kehamilannya berlansung normal. Hanya saja akhir-akhir dia merasa mudah lelah dan ngos-ngosan dengan aktivitas ringan.  Kepalanya juga terasa ringan walaupun tidak sampai pingsan. Kakinya sering kram dan lidahnya terasa kasar.

Pada saat pemeriksaan ditemukan :
takikardia,
gusi dan dasar kuku tampak pucat
Lidah bengkak
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, ibu tersebut dicurigai menderita anemia dan segera dilakukan pemeriksaan lab. 
 
HASIL LAB
Angka Eritrosit                                                       3,5 juta/mm
Hemaglobin (Hb)                                                       7 gr/dl
Hematocrit (HCT)                                                  30 %
Kadar Besi (Fe) dalam serum                                  Rendah

Mean Corpuscular Volume (MCV)                         Rendah
Mean Corpuscular Hb Concentration (MCHC)       Rendah
Total Iron Binding Capacity (TIBC)                        Tinggi

Diagnosis anemia karena defisiensi besi ditegakkan dan diberikan  suplemen fe.

Penyebab ANEMIA tersering dalam Kehamilan :
Hilangnya besi: keringat, kehamilan berulang, infeksi cacing dan malaria
Gangguan absorbsi besi :  Karena infeksi cacing gangguan pencernaan usus
Diit yang salah : diit kaya karbohidrat dan fosfat akan mengurangi absorbsi besi

Gejala     : lemah, nafsu makan kurang, berdebar-debar , sesak napas
Tanda     : pucat, glossitis, murmur sistolik di area mitral karena inkompetensi katup mitral fisiologis
derajat    : Ringan : 8-10gm%
       Sedang: 7-8gm%
       Berat: <7gm%

TANDA-TANDA ANEMIA :
PALOR


CONJUNGTIVAL PALLOR




KOILONYCHIA


 
 
SMOOTH TONGUE



KEBUTUHAN FE PADA KEHAMILAN NORMAL 

Kebutuhan besi pada kehamilan normal adalah 1 gr
  200 mg dieskresi
  300 mg ditransfer ke janin
  500 mg dibutuhkan oleh ibu
Volume sel darah merah total 450 ml
  1 ml sel darah merah mengandung  1.1 mg besi
450 ml X 1.1 mg/ml = 500 mg
Rata-rata kebutuhan dalam sehari 6-7 mg

TERAPI :
Profilaksi  : Fe 60 mg
biasanya dalam bentuk suplemen Fe ditambah asam folat
Kuratif     : 200mg FeSo4  3 kali sehari sampai kadar Hb menjadi normal selanjutnya dilanjutkkan dosis rumatan sebanyak 1 tab/hari selama 100 hari