Ibu hamil selalu menantikan saat-saat membahagiakan melahirkan seorang bayi, akan tetapi rasa senang itu dapat mendadak menjadi saat-saat yang mengerikan karena terbayang kesakitan yang sangat saat melahirkan. Hal ini memerlukan pengertian, bantuan dan dukungan bagi ibu hamil yang akan melahirkan tersebut. Dan berbagai cara dilakukan agar ibu melahirkan dalam keadaan yang tidak terlalu sakit dan nyaman. Salah satu yang dikembangkan saat ini adalah Suntikan Analgesia Epidural ( Intrathecal Labour Analgesia ) atau Persalinan Tanpa Rasa Sakit ( Painless Labor ).
II. Persalinan Tanpa Rasa Sakit
Tiga hal penting dan perlu diperhatikan untuk menghilangkan rasa sakit persalinan adalah : Keamanan, kemudahan dan jaminan terhadap homeostasis janin. Ibu bersalin yang diberikan analgesia harus dimonitor dengan baik. Menurut Read ( 1944 ) intensitas nyeri persalinan berhubungan dengan tingkat emosional. Beberapa faktor yang berhubungan dengan meningkatnya intensitas nyeri persalinan dan kelahiran adalah : Nuliparitas, Induksi Persalinan, Usia Ibu yang masih muda, Riwayat ‘Low Back Pain’ yang menyertai menstruasi dan peningkatan berat badan ibu ataupun janin. Dari semua ini, prediktor yang paling penting adalah nuliparitas dan induksi persalinan ( Pacuan ). Nyeri persalinan ini dapat diantisipasi dengan latihan / senam hamil.
Survei terakhir anestesi obstetri di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan persentase penggunaan I L A pada ibu bersalin dari 22% pada tahun 1981 menjadi 51% pada tahun 1992 di rumah-rumah sakit dengan sedikitnya 1500 kelahiran pertahun.
NYERI PERSALINAN & I L A
Kontraksi ritmik uterus dan dilatasi servik yang progresif pada kala I menyebabkan sensasi nyeri selama kala I persalinan. Impuls saraf aferen dari servik dan uterus ditransmisikan ke medula spinalis melalui segmen Thorakal 10 – Lumbal 1. Hal ini biasanya akan menyebabkan nyeri pada daerah perut bagian bawah dan daerah pinggang serta sakrum. Berbeda dengan kala I, pada kala II transmisi melalui segmen Sakral 2 – 4, dan nyeri disebabkan oleh regangan pada vulva/vagina dan perineum yang juga bertumpang tindih dengan nyeri akibat kontraksi uterus.
Keuntungan I L A :
1. Efektif menghilangkan nyeri persalinan selama kala I dan II persalinan.
2. Memfasilitasi kooperasi ( Kerjasama ) pasien selama persalinan dan kelahiran.
3. Anestesi untuk tindakan episiotomi atau Persalinan Pervagina dengan Tindakan Operatif ( PPTO ).
4. Dapat untuk anestesi operasi sesar ( Time Related ).
5. Tidak menyebabkan depresi napas baik pada janin maupun ibu yang disebabkan oleh opioid.
Tindakan I L A ini seharusnya hanya dilakukan oleh seorang yang ahli dan ditempat yang memiliki fasilitas, alat dan obat-obatan untuk resusitasi. Termasuk didalamnya adalah oksigen, suction dan alat-alat / obat-obatan resusitasi kardioplulmonar. Dan tindakan I L A dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap ibu dan janin serta kemajuan persalinannya. I L A tidak diberikan sebelum diagnosa persalinan sudah ditegakkan dan sebelum ibu bersalin meminta untuk meredakan nyeri persalinannya.
Ada beberapa kontraindikasi dari I L A yaitu :
1. Persangkaan Disproporsi Kepala Panggul ( Resiko Ruptura Uteri ).
2. Penolakan oleh pasien.
3. Perdarahan Aktif
4. ‘Maternal Septicemia’
5. Infeksi disekitar lokasi suntikan.
6. Kelainan Pembekuan darah.
Efek I L A pada persalinan diantaranya adalah dapat memperpanjang kala I dan II persalinan, dan meningkatkan penggunaan oksitosin untuk akselerasi persalinan serta penggunaan instrumentasi pada kelahiran dengan menggunakan tarikan vakum atau forsep. I L A tidak signifikan meningkatkan angka operasi sesar.
Yang perlu disadari disini bahwa penggunaan I L A untuk ‘Painless Labor’ adalah untuk mengatasi nyeri persalinan, sedangkan perjalanan proses persalinan itu sendiri adalah tetap. Jadi tidak berarti bahwa dengan I L A akan pasti dapat lahir pervaginam. Tindakan sesar adalah atas dasar indikasi Obstetri.
Yancey dkk ( 1999 ) melaporkan dari Tripler Army Hospital, Hawaii, setelah ada kebijakan tentang I L A, maka tindakan I L A meningkat dari 1% menjadi 60% dalam 2 tahun setelah kebijakan dikeluarkan. Dan angka operasi sesar tetap yaitu dari 13,4% menjadi 13,% setelah tindakan ini.
King & Fung ( 2000 ) melaporkan dari Puli Christian Hospital, Nantou, Taiwan, dari 822 ibu yang melahirkan, Angka operasi sesar antara kelompok epidural adalah 11,1% dibandingkan pada kontrol 16,2%. Sedangkan pada Nulipara proporsi operasi sesar adalah 11,6% pada kelompok epidural dibandingkan 25% pada kelompok kontrol.
Tindakan ILA ini dilakukan setelah pembukaan serviks 3-5 cm , kecuali bila dilakukan induksi dengan oksitosi tindakan dapat diakukan lebih awal. Akan tetapi secara umum tindakan ILA dilakukan setelah diagnosa persalinan telah ditegakkan dan pasien telah meminta untuk meredakan nyeri persalinannya .
Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering adalah hipotensi. Untuk itu diperlukan pemberian cairan elektrolit isotolus sebelum tindakan . Komplikasi yang lain adalah sakit kepala, retensio urin ,meningitis ,kejang ,akan tetapi ini adalah komplikasi yang jarang terjadi. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah Hipotensi dan sakit kepala.
Crawford ( 1985) dari Birmingham Maternity Hospital, Inggris melaporkan mulai dari 1968 –1985 lebih dari 26.000 pasien mendapatkan ILA dan tidak ditemukan adanya kematian., jadi tindakan ini cukup aman.
PEMANTAUAN PERSALINAN
Persalinan harus dipantau baik dari status umum maupun kemajuan persalinannya. Yang perlu dievaluasi adalah : Denyut Jantung Janin, His ( Kontraksi Uterus ), Penurunan bagian terendah janin, Lingkaran retraksi Bandl. Kemajuan persalinan dievaluasi sesuai dengan pembukaan servik dengan penurunan bagian terendah janin ( kepala ) sesuai partograf atau kurva Friedman.
Penting juga untuk diketahui bahwa karena nyeri persalinan telah hilang, maka reflek ingin mengejan pada kala II pun akan berkurang sensasinya, sehingga diperlukan edukasi pada ibu dan diberitahu kapan harus mengejan. Pimpinan persalinan harus baik melibatkan ibu dan penolong.
1. I L A adalah tindakan untuk meredakan nyeri persalinan, dan proses persalinan berjalan seperti biasa.
2. Tindakan hanya dilakukan bila diagnosis persalinan telah ditegakkan dan pasien telah meminta untuk dilakukan prosedur meredakan nyeri persalinan.
3. Pemantauan status umum dan kemajuan persalinan harus dilakukan dengan baik selama tindakan I L A dilakukan.
4. Komunikasi, informasi dan Edukasi untik pasien sangat penting terutama dalam kerjasama pimpinan persalinan.
5. Walaupun memiliki beberapa resiko tampaknya Intrathecal Labour Analgesia untuk Persalinan tanpa Rasa Sakit memiliki banyak keuntungan dan membawa kenyamanan tersendiri bagi ibu melahirkan dengan keamanan yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG et al, Analgesia and Anesthesia in : Williams Obstetrics, 21st edition, Mc.GrawHill, 1997, p. 361 – 383.
2. Baskett PJF et al, Epidural Anesthesia and Analgesia in : Practical Procedures in Anesthesia and Critical Care, Mosby, 1995, p. 240-251.
3. Vincent RD, Chestnut DH, Epidural Analgesia During Labor, The American Academy of Family Physicians, November, 15,1998.
4. Leslie NG , Intrathecal narcotics for labour analgesia:the poor man’s epidural CJRM 2000;5(4):226-9.
5. King B, Fung P, Continous Epidural Analgesia for Painless Labor Does Not Increase the Incidence of Cesarian Delivery, Acta Anaesthesiol Sin, 38:79-84, 2000.
6. Persalinan Normal; dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000, Hal. 100-121.