Karat telah menggerogoti sebagian besar pintu logam bagian luar satu rumah tua di Jalur Gaza. Namun, semangat penghuninya tak pernah berkarat, walau terus digerogoti usia. Elmeya Hamouda, nama pemilik rumah itu, masih sigap menolong perempuan hamil di Gaza yang menderita akibat embargo dan minimnya tenaga kesehatan, melahirkan bayi dengan selamat. Usianya kini 110 tahun.
Elmeya telah menempuh asam garam kehidupan. Ketika dia berusia 15 tahun, dia menikah dengan Jawar, seorang kerabat dekatnya. Mereka hidup bahagia sampai Jawar meninggal dunia pada beberapa dasawarsa lalu. "Keadaan jadi lebih berat dan makin berat setelah kematiannya," kata Elmeya dalam percakapan dengan wartawan Xinhua. Ia lalu meremas mukanya.
Untuk melanjutkan hidup "terhormat", dia mempelajari perawatan dan kebidanan dari seorang perempuan lebih tua "yang berpengalaman".
Keadaan membaik di wilayah pendudukan yang jadi tempat kerusuhan, sehingga Elmeya bisa membantu puluhan perempuan melahirkan pada masa perang. Kegiatannya membuat dia terkenal di lingkungan tempat tinggalnya.
Elmeya tak pernah mengenyam pendidikan resmi, tapi dia terampil dalam menjalankan pekerjaannya. Sampai hari ini, sebagian orang akan meminta bantuannya ketika istri mereka akan melahirkan.
Pertama kali ia membuka praktik kebidanan ialah pada masa kekuasaan Usmaniyah (Ottoman Turki) di Jalur Gaza, yang berakhir sebelum 1920, ia mengenang. Dia akhirnya memperoleh izin ketika Jalur Gaza berada di bawah kekuasaan Mesir pada 1950-an.
"Saya tak pernah dibayar untuk pekerjaan ini," katanya. Tapi sebagian orang biasa memberi dia hadiah atas bantuannya. "Saya menggunakan cap khusus untuk mengesahkan sertifikat kelahiran bayi yang baru dilahirkan. Pekerjaan ini memberi saya kegembiraan dan kebahagiaan," katanya.
Saat ia bertambah tua, Elmeya menghadapi kesulitan untuk menjalankan pekerjaannya secara mulus, jadi dia meminta putri-putrinya belajar dan melanjutkan praktiknya. Mereka, kecuali satu orang, gagal mewujudkan impiannya melalui penolakan mereka.
Bidan telah hilang dari sebagian besar wilayah Jalur Gaza sejak lama. Ada banyak pusat kehamilan di daerah kantung pantai itu, yang menyediakan untuk perempuan hamil bantuan medis yang diperlukan dan kesadaran. Namun, di sebagian daerah pedesaan di sana, Elmeya dan para pesaingnya masih dapat memperoleh pekerjaan.
Perempuan yang berusia 110 tahun tersebut memiliki ingatan dan kesehatan yang bagus, kendati kerut-merut secara tragis memenuhi sebagian besar wajah mungilnya.
Di rumahnya yang kecil, ia menyimpan penggiling gandum yang sudah berumur tua, perapian batu-bara dan radio kuno yang menghiburnya selama masa lengang. Di peralatan rumah tangga itu, rancangan era zaman Usmaniyah tercermin.
Elmeya membeli peti mati buat dirinya. Ia tak takut pada ajal tapi ia mempersiapkan diri dan menunggunya.
sumber
http://www.republika.co.id
Elmeya telah menempuh asam garam kehidupan. Ketika dia berusia 15 tahun, dia menikah dengan Jawar, seorang kerabat dekatnya. Mereka hidup bahagia sampai Jawar meninggal dunia pada beberapa dasawarsa lalu. "Keadaan jadi lebih berat dan makin berat setelah kematiannya," kata Elmeya dalam percakapan dengan wartawan Xinhua. Ia lalu meremas mukanya.
Untuk melanjutkan hidup "terhormat", dia mempelajari perawatan dan kebidanan dari seorang perempuan lebih tua "yang berpengalaman".
Keadaan membaik di wilayah pendudukan yang jadi tempat kerusuhan, sehingga Elmeya bisa membantu puluhan perempuan melahirkan pada masa perang. Kegiatannya membuat dia terkenal di lingkungan tempat tinggalnya.
Elmeya tak pernah mengenyam pendidikan resmi, tapi dia terampil dalam menjalankan pekerjaannya. Sampai hari ini, sebagian orang akan meminta bantuannya ketika istri mereka akan melahirkan.
Pertama kali ia membuka praktik kebidanan ialah pada masa kekuasaan Usmaniyah (Ottoman Turki) di Jalur Gaza, yang berakhir sebelum 1920, ia mengenang. Dia akhirnya memperoleh izin ketika Jalur Gaza berada di bawah kekuasaan Mesir pada 1950-an.
"Saya tak pernah dibayar untuk pekerjaan ini," katanya. Tapi sebagian orang biasa memberi dia hadiah atas bantuannya. "Saya menggunakan cap khusus untuk mengesahkan sertifikat kelahiran bayi yang baru dilahirkan. Pekerjaan ini memberi saya kegembiraan dan kebahagiaan," katanya.
Saat ia bertambah tua, Elmeya menghadapi kesulitan untuk menjalankan pekerjaannya secara mulus, jadi dia meminta putri-putrinya belajar dan melanjutkan praktiknya. Mereka, kecuali satu orang, gagal mewujudkan impiannya melalui penolakan mereka.
Bidan telah hilang dari sebagian besar wilayah Jalur Gaza sejak lama. Ada banyak pusat kehamilan di daerah kantung pantai itu, yang menyediakan untuk perempuan hamil bantuan medis yang diperlukan dan kesadaran. Namun, di sebagian daerah pedesaan di sana, Elmeya dan para pesaingnya masih dapat memperoleh pekerjaan.
Perempuan yang berusia 110 tahun tersebut memiliki ingatan dan kesehatan yang bagus, kendati kerut-merut secara tragis memenuhi sebagian besar wajah mungilnya.
Di rumahnya yang kecil, ia menyimpan penggiling gandum yang sudah berumur tua, perapian batu-bara dan radio kuno yang menghiburnya selama masa lengang. Di peralatan rumah tangga itu, rancangan era zaman Usmaniyah tercermin.
Elmeya membeli peti mati buat dirinya. Ia tak takut pada ajal tapi ia mempersiapkan diri dan menunggunya.
sumber
http://www.republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar